-->

Pages

Thursday, April 26, 2018

April Pictorial: Dari Perca sampai Kebun

Nggak terasa ya, tahu-tahu sudah penghujung April. Bulan ini banyak yang terjadi, ada kehilangan, ada perjalanan, dan banyak hal yang menjadi pelajaran berharga. Semua bermuara pada satu hal: family comes first. People come and go, things change, but life goes on. Kami bersyukur bisa menjalaninya bersama sebagai satu keluarga yang saling menopang dan menguatkan satu sama lain, alhamdulillah.


Di antara banyak hal yang harus dikerjakan, bulan ini saya masih bisa menyelesaikan beberapa WIP per-hobi-an. Mulai dari PR taplak perca yang dari jaman dulu kala itu. Awal mulanya waktu sedang jalan-jalan di mall dengan anak-anak, ada counter expo yang menjual pernak-pernik dari kain perca. Saya langsung jatuh hati dengan warna-warna pastel shabby chic-nya, dan kombinasi perca (patchwork) nya, mana pas harganya lumayan miring. Langsung dah ngangkut satu dan dibawa pulang πŸ˜„ Sampe rumah sempat saya pakai untuk alas foto, hasilnya lumayan cakep, jadi makin suka. 


Setelah saya lihat-lihat, potongan pola pembentuk kombinasi percanya sederhana, hanya kotak-kotak saja. Saya jadi teringat gumpalan tumpukan kain sisa jahitan yang macam-macam motif dan warnanya. Wah, bisa nih bikin beginian pake kain sisaan, kenapa nggak dicoba aja? Akhirnya saya keluarkan semua harta karun, plus tambahan gombal πŸ˜„ minta ke tetangga yang punya usaha tas handmade. Biasaaa, mak-mak aji mumpung hobinya ngangkut gratisan πŸ˜„ maaci yaa tetanggaku yang baik hati dan tidak sombong 😚

Dengan bekal gombalan sumbangan dan sisaan yang ada di rumah, saya mulai bikin sketsa taplak perca. Saya hanya membuat desain saja, untuk menjahit saya pasrahkan ke tetangga yang penjahit. Kalau ngerjain sendiri jahitannya, walah kapan waktunya. Gak bakal sempet, ntar malah taplaknya nggak jadi-jadi. So, biarlah ahlinya saja yang mengerjakan πŸ˜„πŸ˜„ saya nyumbang gambar desain saja πŸ˜„


Daan.. beberapa minggu kemudian, potongan kain perca ini sudah pulang kembali dalam bentuk taplak yang cantik. Proses menjahitnya tertunda cukup lama karena ternyata kain sisaan yang ada kurang, jadi harus beli kekurangannya lagi ke toko kain. Walaupun begitu, upaya dan waktu yang dihabiskan sepadan dengan hasilnya. Saya suka saya suka saya suka.



Cantik kaaan.. pas digelar di meja makan juga hasilnya cantik πŸ’– Saya jadi punya segudang ide untuk membuat jahitan perca lainnya. Tapi karena kain gombalan sudah habis, jadi harus belanja kain lagi hahaha... (alesan aja ini mah).


Selain taplak perca, saya juga berhasil menyingsingkan lengan baju buat bersih-bersih kebun. Eh, cuman sepetak doang apa cocok ya disebut kebun? Tapi lumayan lah, bisa bersih-bersih rumput jadi dan sulur-sulur daun, jadi lebih terang.



Saya juga berhasil menyemai brokoli di hidroponik. Agak sulit menyemai biji brokoli. Dari semua yang disemai, paling hanya 40% yang berkecambah dan tumbuh daun. Sisanya nggak berhasil disemai. Yang berhasil muncul kelopak daunnya kemudian saya pindahkan ke hidroponik. Walaupun sesungguhnya nggak yakin juga itu akar brokoli dewasa bakal muat apa enggak di pipa hidroponik. Entahlah, namanya juga uji coba, kita lihat saja 😰 Tapi sejauh ini sih tampak sehat.


Belimbing wuluh juga masih rajin berbuah. Ini pohon kami yang jadi favorit tetangga, sering banget tetangga datang dan minta buahnya, terutama buibu yang senang masak dengan buah ini. Asem-asem seger rasanya, cocok untuk sayur garang asem.


Karena terinspirasi banget sama Oma Rhonda dan simple living blog post seriesnya, apalagi April ini adalah bulan berkebun, saya jadi semangat nih mau nyoba bertanam sayuran di media tanah. Selama ini hanya berkebun tanaman hias di media tanah dan sayuran di media hidroponik, belum pernah coba berkebun sayuran di media tanah. Cocok dicoba nih, apalagi kapasitas hidroponik saya terbatas karena ukurannya tidak terlalu besar.

Beberapa waktu yang lalu saya pun menyempatkan diri mampir ke Toko Trubus di Cimanggis Depok. Ini mah surga buat tukang kebon buah sama sayur πŸ˜ƒ hampir semua yang dibutuhkan untuk berkebun buah dan sayur, sampai bukunya pun ada di sini. Mas-mas nya juga baik, saya banyak bertanya tentang cara berkebun dan bagaimana mengolah tanah untuk pot. Saya membeli bibit wortel dan terong ungu, fertilizer organik untuk pupuk, pot panjang dan pot pembibitan. Kalo ngga mengingatkan diri bahwa pulang dari situ naik KRL, pasti udah saya angkut juga media tanah yang ada di karung-karung πŸ˜ƒ Dah media tanah ntar beli deket rumah aja, beratttt bok!






Walaupun lelah karena gotong-gotong belanjaan dari Trubus di KRL (pas jam sibuk pula), tapi puas alhamdulillah, ada ilmu yang diperoleh dan ada belanjaan yang ditenteng πŸ˜ƒ. Tinggal praktek nanti kalo pas wiken (semoga sempet hehehe).