-->

Pages

Wednesday, December 5, 2018

Busy Here, As Always...

Hari ini blog yang saya follow, Diary of a stay at home mom, menulis tentang rutinitas sehari-harinya yang sibuk. Rutinitasnya seputaran perkara masak, nyuci, bersih-bersih, nganterin anak, dan hal-hal lain khas ibu-ibu. Tapi, nggak habis-habis dan memakan waktu. Tau-tau aja matahari sudah tenggelam dan hari akan berganti, menyisakan badan yang capek setelah dipaksa bergerak kesana kemari. Ibuibu pasti ngerti deh, yang namanya kerjaan dan urusan rumah itu gak ada habisnya. Diselesaiin satu eh muncul lagi seribu.


Saya jadi inget, tempo hari saya baca storynya mbak-seleb-IG-paporit @nenglita tentang pertemanan yang berakhir (atau nggak melulu berakhir kali ya, merenggang aja). Salah satunya karena growing different path, as simple as that. Well, it makes me think of myself too.



Saya jadi ingat di masa-masa single dulu (masa-masa semangat 45 jiwa muda belia bebas merdeka πŸ˜ƒ), things were much simpler. Mau pergi kemanapun, hayuk. Diajak jalan di last minute, bisa langsung caww. Pergi cuma bawa tas kueciiil atau malah ga bawa sama sekali karena dompet sama hape bisa disakuin. Bahkan mau pergi yang memakan waktu berhari-hari (saya pernah duty trip dua bulan full dan nggak pulang sama sekali), no problemo. Masa-masa anti ribet sedunia.



Trus begitu sekarang menikah dan punya buntut 😁 hidup berubah jauh bok. Saya bekerja kantoran dengan jam kerja standar (ya over2 banyak dikit lah kalo pas deadline πŸ˜ƒ), kebayang kan weekday banyak tersita buat kerjaan. Asisten rumah kami, karena terinspirasi nyonya, kerjanya juga weekday and office hour. Kalo saya pulang, ya dia pulang juga πŸ˜†. It means I do all homeworks by myself when I am home. Jadi sampe rumah masih ngurusin tetek bengek mulai dari megang anak-anak, nyuci, masak, bebersih. Itu baru yang rutinitas harian, belum rutinitas wiken. Nganterin ekskul atau jalan-jalan, belanja bulanan atau sekedar di rumah aja berkebon, atau foodprep, atau bikin kue, atau merajut. My days are always busy.








Saya terkenal susah diajak jalan, ketemuan, atau reunian, atau sebangsa ngumpul kopdar-kopdar lainnya. Nggak cuma satu dua temen yang punya pendapat begini, tapi lumayan banyak. Ngga mau kopdaran? Mau lah, sebenernya. Kangen juga kan ngumpul sama teman-teman, ngobrol hosip hosip terkini 😁 Tapi setelah ditimbang-timbang lagi tiap mau kopdar, manfaat sama mudharatnya πŸ˜„ ujung-ujungnya sering berakhir nggak jadi ikut. Misalnya nih, kalau mau jalan habis jam kantor, kasian anak-anak karena waktu family time ngumpul rame-rame jadi berkurang. Jangankan mau jalan, lha wong jalan macet dan pulangnya telat setengah jam aja anak-anak bisa berkali-kali nelpon "Udah sampe manaaaa?" Nah, kalau nggak jalan di hari kerja, berarti jalan pas wiken. Jalan wiken = jalan bawa anak-anak sekalian. Ini termasuk perkara yang butuh pertimbangan seksama πŸ˜ƒ.

Saya bukan aliran hidup sederhana (baca: bawaan ringkes) kalau harus jalan bawa anak-anak. It has to be (very) well planned. Mau berangkat jam berapa, pulang jam berapa, mau makan dimana, mau bekal apa (anak bontot picky eater banget, nggak bisa easy peasy mampir makan seketemunya warung), kira-kira hujan apa enggak, kira-kira perlu baju ganti apa enggak, kira-kira toiletnya gampang diakses dan bersih nggak. Selamat datang di masa paling ribet sedunia. Jadi karena itu, kalau tujuannya nggak mudah diakses nih, atau nggak strategis dari sudut pandang ibuibu, atau setelah dipikir-pikir lebih banyak manfaatnya diem di rumah atau pergi yang deket-deket aja daripada nekat bertualang nan jauh ke sana, sering berakhir nggak jadi pergi juga. πŸ˜„

Yang paling susah dari semua itu sebenernya adalah menjelaskan ke pihak-pihak pertemanan kenapa kita nggak bisa/nggak jadi pergi. Not everyone understand, though. Saya di masa-masa single dulu juga nggak pernah bisa mengerti kenapa ibuibu bawaannya pengen pulang melulu, ribet banget, banyak alasan, susah diminta ini itu endebre endebre.... And now I am here, part of them. πŸ˜ƒ



Saya nggak menyesal sih. Saya juga tidak berharap semua pihak akan mengerti. Ada teman yang sangat travel-able walaupun sudah menikah dan punya anak, keren, dan saya salut banget. Tapi bagi kami, yang paling nyaman dan cocok untuk kami saat ini ya seperti ini. Every family has their own way. Setelah hari yang sibuk dan rauwis-uwis, akhirnya momen terbaik adalah ketika kami semua berkumpul, entah itu sekedar nonton tivi sambil usel-uselan di sofa, atau duduk di meja makan untuk makan sama2.



"Life is not always perfect, things don't always go as you would like, but it's moments like these that make me sigh with contentment.

I'm an easy girl to please, I don't ask for much but to be surrounded by those I love the most.

I'm sitting now, tired from being on the go all day, but it's a good kind of tired, it's the kind that comes with a sense of accomplishment.

And so, though my routines and schedules are going to be very much different for a while, I embrace it because it keeps be on my toes, and it keeps me busy and gives me a renewed sense of purpose."

Sandra, you said it beautifully. I can't agree more.


No comments:

Post a Comment