-->

Pages

Wednesday, December 5, 2018

Busy Here, As Always...

Hari ini blog yang saya follow, Diary of a stay at home mom, menulis tentang rutinitas sehari-harinya yang sibuk. Rutinitasnya seputaran perkara masak, nyuci, bersih-bersih, nganterin anak, dan hal-hal lain khas ibu-ibu. Tapi, nggak habis-habis dan memakan waktu. Tau-tau aja matahari sudah tenggelam dan hari akan berganti, menyisakan badan yang capek setelah dipaksa bergerak kesana kemari. Ibuibu pasti ngerti deh, yang namanya kerjaan dan urusan rumah itu gak ada habisnya. Diselesaiin satu eh muncul lagi seribu.


Saya jadi inget, tempo hari saya baca storynya mbak-seleb-IG-paporit @nenglita tentang pertemanan yang berakhir (atau nggak melulu berakhir kali ya, merenggang aja). Salah satunya karena growing different path, as simple as that. Well, it makes me think of myself too.



Saya jadi ingat di masa-masa single dulu (masa-masa semangat 45 jiwa muda belia bebas merdeka πŸ˜ƒ), things were much simpler. Mau pergi kemanapun, hayuk. Diajak jalan di last minute, bisa langsung caww. Pergi cuma bawa tas kueciiil atau malah ga bawa sama sekali karena dompet sama hape bisa disakuin. Bahkan mau pergi yang memakan waktu berhari-hari (saya pernah duty trip dua bulan full dan nggak pulang sama sekali), no problemo. Masa-masa anti ribet sedunia.



Trus begitu sekarang menikah dan punya buntut 😁 hidup berubah jauh bok. Saya bekerja kantoran dengan jam kerja standar (ya over2 banyak dikit lah kalo pas deadline πŸ˜ƒ), kebayang kan weekday banyak tersita buat kerjaan. Asisten rumah kami, karena terinspirasi nyonya, kerjanya juga weekday and office hour. Kalo saya pulang, ya dia pulang juga πŸ˜†. It means I do all homeworks by myself when I am home. Jadi sampe rumah masih ngurusin tetek bengek mulai dari megang anak-anak, nyuci, masak, bebersih. Itu baru yang rutinitas harian, belum rutinitas wiken. Nganterin ekskul atau jalan-jalan, belanja bulanan atau sekedar di rumah aja berkebon, atau foodprep, atau bikin kue, atau merajut. My days are always busy.








Saya terkenal susah diajak jalan, ketemuan, atau reunian, atau sebangsa ngumpul kopdar-kopdar lainnya. Nggak cuma satu dua temen yang punya pendapat begini, tapi lumayan banyak. Ngga mau kopdaran? Mau lah, sebenernya. Kangen juga kan ngumpul sama teman-teman, ngobrol hosip hosip terkini 😁 Tapi setelah ditimbang-timbang lagi tiap mau kopdar, manfaat sama mudharatnya πŸ˜„ ujung-ujungnya sering berakhir nggak jadi ikut. Misalnya nih, kalau mau jalan habis jam kantor, kasian anak-anak karena waktu family time ngumpul rame-rame jadi berkurang. Jangankan mau jalan, lha wong jalan macet dan pulangnya telat setengah jam aja anak-anak bisa berkali-kali nelpon "Udah sampe manaaaa?" Nah, kalau nggak jalan di hari kerja, berarti jalan pas wiken. Jalan wiken = jalan bawa anak-anak sekalian. Ini termasuk perkara yang butuh pertimbangan seksama πŸ˜ƒ.

Saya bukan aliran hidup sederhana (baca: bawaan ringkes) kalau harus jalan bawa anak-anak. It has to be (very) well planned. Mau berangkat jam berapa, pulang jam berapa, mau makan dimana, mau bekal apa (anak bontot picky eater banget, nggak bisa easy peasy mampir makan seketemunya warung), kira-kira hujan apa enggak, kira-kira perlu baju ganti apa enggak, kira-kira toiletnya gampang diakses dan bersih nggak. Selamat datang di masa paling ribet sedunia. Jadi karena itu, kalau tujuannya nggak mudah diakses nih, atau nggak strategis dari sudut pandang ibuibu, atau setelah dipikir-pikir lebih banyak manfaatnya diem di rumah atau pergi yang deket-deket aja daripada nekat bertualang nan jauh ke sana, sering berakhir nggak jadi pergi juga. πŸ˜„

Yang paling susah dari semua itu sebenernya adalah menjelaskan ke pihak-pihak pertemanan kenapa kita nggak bisa/nggak jadi pergi. Not everyone understand, though. Saya di masa-masa single dulu juga nggak pernah bisa mengerti kenapa ibuibu bawaannya pengen pulang melulu, ribet banget, banyak alasan, susah diminta ini itu endebre endebre.... And now I am here, part of them. πŸ˜ƒ



Saya nggak menyesal sih. Saya juga tidak berharap semua pihak akan mengerti. Ada teman yang sangat travel-able walaupun sudah menikah dan punya anak, keren, dan saya salut banget. Tapi bagi kami, yang paling nyaman dan cocok untuk kami saat ini ya seperti ini. Every family has their own way. Setelah hari yang sibuk dan rauwis-uwis, akhirnya momen terbaik adalah ketika kami semua berkumpul, entah itu sekedar nonton tivi sambil usel-uselan di sofa, atau duduk di meja makan untuk makan sama2.



"Life is not always perfect, things don't always go as you would like, but it's moments like these that make me sigh with contentment.

I'm an easy girl to please, I don't ask for much but to be surrounded by those I love the most.

I'm sitting now, tired from being on the go all day, but it's a good kind of tired, it's the kind that comes with a sense of accomplishment.

And so, though my routines and schedules are going to be very much different for a while, I embrace it because it keeps be on my toes, and it keeps me busy and gives me a renewed sense of purpose."

Sandra, you said it beautifully. I can't agree more.


Wednesday, September 12, 2018

Granny Square Day 2018

Hooray, August is granny square day!

Granny square doodle dari buku The Tiny Book of Tiny Pleasures


Eh, udah September yak?!?!

Lah maaak... ini postingan nongkrong di draft sejak bulan Agustus tapi mak mimin teu sempettt ngedit 'n publish, ujug-ujug udah Septemberrr....

Ah yasutralah.. udah ada di draft ya sayang-sayang amat yak kalo ngga dilanjut πŸ˜‚. Mari kita anggap ini masih bulan Agustus πŸ˜‚.

Wokei, apakah para pembaca sudah tahu apa itu granny square? Granny square adalah helai rajutan berbentuk kotak/ bujursangkar, umumnya dibuat dengan teknik crochet, tapi tidak menutup kemungkinan menggunakan teknik lain juga seperti knitting atau weaving. Granny square day dimulai tahun 2014 oleh Susan Regalia (@suregal27), ”I had just learned to crochet and was enamoured with the cheerful little granny square, and the idea of having a Grannysquare Day was born.”

Pola grafik rajutan granny square sederhana


Aturan granny square day sederhana saja, setiap tanggal 15 Agustus, upload satu foto granny square motif apa saja ke Instagram, crop/potong pinggiran foto sehingga satu foto hanya berisi satu granny square penuh tampak depan/flat lay. Jangan lupa gunakan hashtag #grannysquareday2018!



Tahun ini saya diingatkan oleh teman sesama perajut di waktu luang berbasis mood nyaris menjelang tenggat waktu upload (ini mau ngetag website handsy craftsy-nya si teman, ternyata website lamanya gak sengaja kedelet πŸ˜“ dan saya gak apal alamat website barunya). Untung punya stok granny square di tumpukan rajutan, langsung difoto. Ya mohon dimaapkan kalo burem, motretnya juga malem2 😁




Granny squares made by saya 😁


Hal paling keren di granny square day adalah bila kita mengecek hashtag #grannysquareday2018 di Instagram, berbagai macam square yang diupload akan membentuk kolase, menjadi virtual granny square blanket! Coba deh lihat betapa cantiknya beberapa skrinsyutan hashtag #grannysquareday2018 yang saya upload di bawah :



Beautiful virtual granny square blanket dari hashtag #grannysquareday2018

Granny square dari idola saya sepanjang masa, Lucy Attic 24 (@attic24)

Weaving squares dari Susan (@suregal27)

Cantik-cantik yaa.... Granny square day is a great source of inspiration and a brilliant community project. Senang bisa bergabung dengan #grannysquareday2018 tahun ini, dan semoga bisa bergabung kembali di tahun-tahun berikutnya!

Sunday, July 22, 2018

Stitch Along (SAL) Harta Karun Juni 2018: Netherlands

When life gives you lemons, make lemonade.
When life gives you hands, make handmade.


Selamat siang, apa kabar semua? Kabar dari sini berhembus agak sedikit kelabu. Yeah, that kind of life-throws-you-curve-but-you-learned-to-swerve things. Enihooo, I finally made to fill my days with things that make me happy, which involved LOTS of crafting, writing and spending time with my dear sweetest little family. I am so very thankful of having them right by my side.

Apa kabar Plastic Free July? Udah berjalan setengah bulan lebih sejak postingan lalu. Masih semangat kok, saya akan tulis lagi tentang event ini di postingan berikutnya ya, kalau nggak lupa 😁😁

Bai de wei baswei, bulan kemarin saya nggak posting progress SAL ya. Karena setoran SALnya baru selesai persis sebelum deadline jam 12 malam berdentang dan kereta kencana Cinderella berubah jadi labu kembali. Nyarissss banget lewat sih, sebenarnya 😁 Untung teman saya yang baik hati dan tidak sombong yang sedang rajin-rajinnya mainan benang tapi males banget ngapdet craft blognya ini, mengingatkan pas malem hari H, "Bulan Juni cuma sampek tanggal 30 mbaak..." di saat saya mengira dengan girang hati bahwa masih ada sehari lagi waktu buat ngelembur setoran SAL.



Akhirnya berhasil setor juga sih, setelah panik berusaha nyelesaiin kristikan dengan kecepatan cahaya, sampek jari ketubles-tubles jarum πŸ˜‚ Belom selesai bagian backstitch-nya, tapi dimaafkan kok. Yang penting gak telat setoran. Alhamdulillaah... Adminnya galak soalnya πŸ™ˆ, wahahaha... piss mbak-mbak admin πŸ˜† Di sini kita bisa lihat ya, bahwa backstitch yang sederhana itu (hanya berupa garis hitam saja) punya dampak signifikan dalam mempercantik hasil kristikan akhir.


Tema bulan ini : Netherlands



Lihat ni mbak-mbak Dutch Lady-nya (setelah saya selesaikan semua backstitch-nya), imut sekali yaaa... Soda stich memang paling jago bikin karakter imut ala komik. Sukaaaa banget 😍. Imutnya ini yang bikin saya semangat mengerjakan proyekan ini. Warna di pola Netherlands nggak sebanyak Korea sih, jadi pengerjaannya relatif lebih cepat selesai asal nggak dikerjain mepet waktu deadline.

Tapi yang namanya manusia tiada lepas dari salah dan khilaf mah kagak ada kapok-kapoknya yaaa.. tetep juga buat setoran SAL saya baru mulai buka kitnya hari belakangan ini 😁 Semoga kali ini nggak perlu Bandung Bondowoso buat mendatangkan seribu jin untuk lembur semaleman di malem hari H yak 😁.


Kembali ke our quote of the day :




.................. I chose to make Lemon Drizzle Cake.



Jadi intinya, bersemangatlah kita semua! Sampai jumpa di postingan berikutnya!


Saturday, July 7, 2018

Plastic Free July

Plastic Free July
Ide utama dari Plastic Free July adalah selama satu bulan berusaha untuk menghindari atau mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kita bisa memilih bergabung dengan tantangan ini selama sebulan penuh, atau hanya seminggu. Kita juga bisa memilih untuk menghindari secara total penggunaan plastik sekali pakai atau hanya tantangan TOP 4 (kantong plastik, botol plastik kemasan minuman sekali pakai, gelas minum kemasan sekali pakai dan sedotan plastik).


Mengapa Plastic Free July?  
Plastik adalah material yang membutuhkan waktu sangat lama untuk hancur. Ketika kita menggunakannya sebagai kemasan sekali pakai, plastik tidak akan terurai dan berakhir menjadi sampah yang memenuhi daratan dan lautan. Kita dapat berupaya mengurangi kecepatan arus penumpukan sampah plastik dengan mulai mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari.

Bergabung dengan Plastic Free July
Bulan ini saya bergabung dengan event global Plastic Free July. Saya dari dulu tertarik dengan gaya hidup zero waste, simple and sustainable living, yaitu gaya hidup yang berupaya mengurangi penggunaan individu atau kelompok terhadap sumber daya alam dan sumber daya pribadi. Gaya hidup ini berupaya menggunakan sumber daya alam maupun pribadi secara bijaksana, serta menggunakan sebaik-baiknya apa yang dimiliki. Salah satunya adalah dengan mengurangi sampah. Namun untuk meniadakan sampah plastik sama sekali dalam keseharian, kami belum mampu. Di rumah kami plastik masih cukup sering digunakan. Saat ini kami baru dalam tahapan mengurangi jumlah plastik sekali pakai yang kami gunakan.

Menggunakan kotak makan dan botol minum isi ulang
Saya dan anak-anak punya kebiasaan membawa bekal jika bepergian. Baik ke sekolah, ke kantor, maupun pergi main/jalan-jalan. Apalagi adek masih belum bisa jajan sembarangan, jadi di dalam tas harus selalu tersedia makanan/minumannya. Kami punya banyak stok kotak makanan, jadi wadah bekal bukan masalah. Bahkan saya suka memasukkan kotak cadangan yang kosong, jadi andai pun kami makan di luar, kalau tidak habis sisanya bisa dibawa pulang tanpa perlu dibungkus ulang. Karena ini maka saya punya kebiasaan menimbun kotak makanan 😁 baik beli sendiri, beli karena ditawarin teman, atau mengumpulkan kotak makan hadiah (yang suka jadi bonus pembelian susu/keju/dsb). Anak saya terbiasa membawa bekal ke sekolah karena saya tidak pernah memberikan uang jajan kecuali kalau market day. Di kantor, saya sendiri juga anggota Perbanas (Perkumpulan Bawa Nasi πŸ˜†). Akhir-akhir ini, Mr. Coffeeholic juga mulai masuk menjadi anggota pasukan perbekalan, katanya lebih enak masakan istrinya (uhuk!).



Kami juga selalu membawa botol air kemana-mana, saya bahkan kadang bawa dua: satu untuk air putih dan satu untuk kopi. Mr. Coffeeholic yang senang mampir kedai kopi di jalan ke kantor untuk beli doping pagi (baca: brew coffee) juga selalu membawa reusable tumblernya. Satu dua kali kalau lupa kami masih menggunakan wadah minuman plastik kemasan sekali pakai. Tapi sejak bergabung dengan Plastic Free July ini, saya berusaha sebisa mungkin menghindari, kecuali kalau dapat karena diberi (misalnya meeting snacks/drink).

Tidak membeli makanan dalam kemasan sekali pakai
Sebagian besar take away food dikemas dalam wadah plastik sekali pakai. Bulan ini kami mencoba mengurangi pembelian makanan dalam kemasan sekali pakai. Salah satu bentuknya, ya, mengurangi jajan dan lebih banyak memasak sendiri.



Sisi baiknya adalah sekaligus menghemat pengeluaran yang biasanya dipakai untuk jajan di luar. Kadang-kadang kami masih jajan, tapi diupayakan tidak terlalu sering. Saat membeli jus di kantor, belakangan ini saya membawa mug untuk wadah jus, jadi tidak perlu lagi menggunakan gelas jus dari plastik.



Kami juga mencoba menanam sayuran sendiri. Di postingan ini, saya menulis pengalaman menanam sayuran di media hidroponik. Saat ini kami sedang mencoba menanam brokoli, lumayan subur, tapi pertumbuhannya tidak secepat brokoli yang biasa ditanam di media tanah. Sampai sekarang kami masih harap-harap cemas menunggu "kepala hijau"nya muncul, doakan ya supaya kami bisa segera panen.




Berbelanja menggunakan tas belanja sendiri
Nah, untuk satu ini masih tricky. Untuk belanja bulanan di supermarket, saya masih menggunakan kantong plastik supermarket yang besar. Kantong plastik itu saya gunakan untuk kantong sampah rumah tangga. Saya belum bisa menggantikan penggunaan kantong plastik sebagai pelapis tempat sampah. Di dalam rumah, saya menggunakan tempat sampah ukuran sedang yang dilapis kantong plastik. Kalau sudah penuh, baru kami ikat dan buang ke tempat sampah besar di depan rumah yang diambil tukang sampah dua kali dalam seminggu. Ini yang susah dicari alternatifnya. Kalau tempat sampah dalam rumah tidak dilapis plastik, sisa sampah basah bakal menempel di tempat sampah. Kalau tidak diikat dalam kantong plastik, sampah akan berserakan dan pada saat diangkut ke truk sampah sering berantakan, tercecer/tertinggal. Penggunaan tas belanja sendiri baru saya praktekkan untuk ke tukang sayur. Tukang sayur kan suka nempatin belanjaan terpisah-pisah di kantong kecil-kecil tuh (tomat sendiri, terong sendiri, dsb) , jadi saya bilang ke tukang sayur untuk langsung cemplung saja ke tote bag yang saya bawa. Kecuali untuk yang kecil-kecil macam rebon/teri, kalau ingat saya bawa wadah, tapi seringnya sih lupa πŸ˜“. Akhir-akhir ini, saya upayakan untuk sebisa mungkin menyisipkan tas belanja/tote bag kosong di dalam ransel.

Reading List
Ada beberapa link yang menarik untuk dibaca berkaitan dengan Plastic Free July ini, cukup menambah informasi, sila mampir bila berkenan :

The Issues - Plastic Free JulyPlastic Free July - Eight Acres
100 Steps to a Plastic-Free Life
Looking to Reduce Your Waste?
Reusable Bag to Reduce Plastic While Grocery Shopping

Saya masih newbie dalam hal-hal seputar zero waste ini. Masih perlu banyak belajar. Tapi lebih baik berupaya memulai daripada tidak sama sekali. Senang sekali rasanya menjadi bagian dari gerakan positif ini. Belum terlambat untuk bergabung dalam Plastic Free July, ikutan yuk!

Friday, June 29, 2018

Home at June

Bulan ini bulan mudik. Saya, Mr. Coffeeholic dan anak-anak jelas mudik setiap tahun, karena orang tua kami tinggal di kota yang berbeda dengan tempat kami tinggal saat ini. Jadi ya kami selalu menjadi bagian dari rombongan besar arus pemudik negara ini. Sebelum lebaran mudik dari ibukota ke kampung halaman, dan setelah lebaran kembali lagi ke ibukota. Jam-jam yang dihabiskan untuk bermacet ria di jalan juga mau tidak mau sering kami alami dalam perjalanan menuju dan kembali dari kampung. Manteppp pokoknya. Pun tahun ini, nggak kalah top macetnya πŸ˜…. Pokoknya sampai rumah pingin nyari tukang pijet aja rasanya 😁.



Nggak banyak foto yang bisa diposting, sebenarnya hari-hari hanya dihabiskan dengan silaturahmi, makan masakan mama, muter-muter kota tempat dibesarkan, serta nguber-nguber balita yang sekarang sudah makin mirip sama gasing, muterrrr terus nggak bisa diem πŸ˜ƒ. Wis pokoknya boro-boro bisa lama megang hape, emaknya ini sibuk diajak olahraga lari sana-sini sama adek.

Saya nyaris nggak bawa macam2 printilan craft selama mudik. Kami packing seringkas mungkin karena biasanya nanti barang-barang bawaan akan "beranak-pinak" di kampung. Misalnya nih, setiap pulang hampir pasti mama akan membawakan sekarung beras. Sekarung beras lumayan memenuhi bagasi mobil mungil kami, jadi untuk memastikan tempatnya aman buat karung beras (dan berbagai jajanan khas kampung halaman yang pasti bakal dibawa juga), kami berusaha nggak bawa banyak bagasi dari rumah. Saya hanya bawa WIP rajutan simpel, yang gak selesai juga di sana wong banyak mondar mandirnya daripada duduk diem 😁.

Tapi eh dasar kebanyakan hobi, sampai sana tetep juga pingin ini itu. Berhubung di kampung susah banget nyari toko craft (atau saya yang nggak tau karena kudet), jadi paling banter untuk happy happy shopping saya ngacir ke toko buku. Hasil dari ngacir ke toko buku itu adalah buku Kamus Rasa-nya Sarah Diorita. Belakangan baru saya tahu kalau mbak Sarah Diorita adalah istrinya Eross gitaris Sheila on 7, band yang mengiringi masa galau gundah gulana saya (ketahuan angkatannya yak?! πŸ˜‚) Tapi bukan itu yang membuat saya tertarik untuk mengambil bukunya. Saya udah jatuh hati sejak melihat tampilan covernya di rak toko buku. Gambar ilustrasi keluarga dengan tema memasak. I do loooooove any books with cooking, food, or family theme. Gak mikir dua kali langsung angkut. Daaaan... ternyata saya sukaaaa banget dengan bukunya. Empat bintang deh! Nanti kalau ada waktu saya review di blog sebelah yang khususon urusan perbukuan yaak..




Selama di kampung, saya juga belajar hal baru dari mama. Belajar bikin sambel terasi jos mantep ala mama. Harusnya dari dulu sih, tapi namanya anak pemalas mah baru belajar belakangan ketika sudah kepepet dan didesak sama Mr. Coffeeholic yang pingin makan sambel terasi enak macam di kampung 😁. Karena tau menantunya ini pemalas, jadi mama ngajarin langsung large cooking batch, masak sambel porsi besar jadi bisa untuk stok yang disimpen di kulkas. Jadi ngga perlu bikin every single day. Dan satu lagi jalan pintas yang dikasi khususon buat saya: blender aja. Mungkin mama gak sanggup melihat saya ngulek, yang ada bukannya ngulek, malah sibuk ngambilin potongan cabe ama bawang yang lompat dari cobek karena kehantam ulekan πŸ˜‚ Udahlah diblender aja!




Dengan modal ikut workshop sambel selama di kampung, sampe rumah kemarin saya langsung recook. Dan woohooo! Jos mantep, berhasil berhasil berhasil horee! Nampak jelas dari Mr. Coffeeholic happy tongue and tummy 😍. Oh, dan sambel terasi ini sungguh mempermudah urusan menyiapkan makanan. Sambel terasi enak itu meng-upgrade menu sederhana. Tinggal bikin lauk goreng dan sayur simpel, siapkan sambel, menunya langsung "naik kelas". Apalagi buat Mr. Coffeeholic yang lidahnya seratus persen Sunda. Dipakai untuk bumbu nasi goreng juga praktis dan enaaak... gak perlu lagi pake bawang. Kayanya saya bakal rajin nyetok nih 😁.




Oh iya, saya juga sempet bikin coret-coretan di jurnal karena terinspirasi ilustrasi lucu-lucu di buku Kamus Rasa. Rasanya menyenangkan dan puas ya melihat hasil corat-coret sendiri, semoga punya lebih banyak waktu deh untuk melakukan journaling lagi.



Sekarang libur sudah usai, dan sudah kembali ke rutinitas normal. Ketemu kantor dan KRL lagi. Tapi lebih fresh karena sudah recharge, ganti suasana pas mudik kemarin. Jaga kesehatan yaa semua, apalagi cuaca masih nggak menentu begini. Dan tidak lupa kami sekeluarga mengucapkan :


"Taqabbalallahu minna wa minkum
Selamat hari raya Idul Fitri 1439 H
Mohon maaf lahir dan batin"

Thursday, May 31, 2018

Progress Stitch Along (SAL) Harta Karun Mei 2018

Ini hari terakhir bulan Mei yak?! Injury time banget. Nyarisss gak ada update-an blog di bulan ini *lap keringet*. Padahal tahun ini punya cita-cita mulia buat publish minimal satu blog post tiap bulan. Iya, s-a-t-u doang, udah ambil paling minimal nih karena ga berani muluk-muluk (masa mau nol postingan sebulan, itu mah sama aja ngga ngapa2in 😁). Tadinya udah pasrah, kayanya kok bulan ini nggak bakalan sempat. Tapi ternyata malem ini anak2 lumayan kalem -clearly not a thing you meet everyday- jadi ibunda ratu bisa nggelar laptop.


Saya udah pernah posting kan ya di sini, tentang proyekan Stich Along (SAL). SAL adalah agenda mengkristik bersama komunitas kristiker. SAL yang saya ikuti di tahun ini adalah SAL harta karun, digagas teman-teman dari Kristiker Borneo. Disebut SAL harta karun, karena dalam SAL ini boleh menggunakan kit mana saja yang jadi harta karun (alias timbunan) peserta SAL. Temanya bebas tidak dibatasi, jadi cocok banget nih buat mulai buka kit-kit yang selama ini dibeli doang tapi dikerjain kagak πŸ˜‚. Setiap akhir bulan peserta wajib setor perkembangan SAL minimal 3 grid. Iya kali "cuma" 3 grid, tapi ngos-ngosan. Buat ukuran pengkristik amatiran yang bikin tusukan aja masih nunak-nunuk macam saya ini, segitu udah buanyak banget.


Kristik ini sungguh bukan craft yang bisa diremehkan, menuntut kesabaran dan ketelatenan. Bikin stitch kuwecil-kuwecil satu persatu, belom pake warna segambreng jaya jadi gonta-ganti benang melulu. Ngerjainnya gak bisa dibawa ngebut bok, harus telaten dan rajin megang saban hari, prinsipnya sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Apalagi kalau pakai kristik modern yang menggunakan kain Aida. Coba deh ambil yang ukuran Aida di atas 14ct. Jereng jereng dah itu mata πŸ˜‚.


Seperti sudah diinfokan di postingan sebelumnya, untuk SAL harta karun ini saya mengikutsertakan kit yang sudah ditimbun di lemari seumuran anak kedua saya (belinya pas hamil anak kedua, baru dibuka lagi sekarang pas anaknya udah mau masuk sekolah πŸ˜‚). Kitnya keluaran Soda Stich, brand asal Korea yang kondang dengan desain kristik yang imut-imut banget. Beneran imut, sungguh mendorong kita untuk memasukkan semua kit mereka ke dalam keranjang belanja *kekep dompet setop belanja kit*. Kit Soda Stitch mudah dan nyaman dikerjakan, gambar polanya besar dan berwarna, dicetak di atas kertas glossy tebal, sehingga walaupun ketumpahan susu, bubur, ingus dan segala macam tumpahan lainnya, pola kristik tidak rusak dan tetap mudah dibaca.


Untuk SAL kali ini, saya memilih World Collection kit edisi girls-nya (edisi boys belom punya). Ada busana tradisional dari 8 negara dalam kit ini, meliputi: Korea, Belanda, India, Cina, Yunani, Spanyol, Jepang dan Mesir.



Progress SAL yang dicapai di bulan Mei ini, saya bisa menyelesaikan satu karakter: Korea (my most favorite, yeay!). Saya suka sekali dengan hanbok, kostum tradisional Korea. Jadi inget Dae Jang Geum di salah satu serial drama favorit saya, Jewel of The Palace 😍 Karakter Korea ini pakai warnanya banyakk.. sampe pegel ganti-ganti warna melulu. Tapi worth the effort sih, jadinya cantik banget 😍



Kepinginnya sih tiap bulan bisa selesai satu karakter. Jadi kalau ada 8 karakter, bakal makan waktu 8 bulan ya πŸ˜… Lama amat ya, kapan bisa beli kit baru dong *teteup* πŸ˜‚ Okelah, kita selesaikan satu persatu.

So, sementara sekian dulu update-nya. Dengan ini berarti sah ya, postingan bulan Mei sudah dipublish 😁 Selamat menunaikan ibadah Ramadhan bagi kaum muslimin. Semoga menjadi bulan barokah dan kita semua diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menunaikan ibadah, aamiin..

Thursday, April 26, 2018

April Pictorial: Dari Perca sampai Kebun

Nggak terasa ya, tahu-tahu sudah penghujung April. Bulan ini banyak yang terjadi, ada kehilangan, ada perjalanan, dan banyak hal yang menjadi pelajaran berharga. Semua bermuara pada satu hal: family comes first. People come and go, things change, but life goes on. Kami bersyukur bisa menjalaninya bersama sebagai satu keluarga yang saling menopang dan menguatkan satu sama lain, alhamdulillah.


Di antara banyak hal yang harus dikerjakan, bulan ini saya masih bisa menyelesaikan beberapa WIP per-hobi-an. Mulai dari PR taplak perca yang dari jaman dulu kala itu. Awal mulanya waktu sedang jalan-jalan di mall dengan anak-anak, ada counter expo yang menjual pernak-pernik dari kain perca. Saya langsung jatuh hati dengan warna-warna pastel shabby chic-nya, dan kombinasi perca (patchwork) nya, mana pas harganya lumayan miring. Langsung dah ngangkut satu dan dibawa pulang πŸ˜„ Sampe rumah sempat saya pakai untuk alas foto, hasilnya lumayan cakep, jadi makin suka. 


Setelah saya lihat-lihat, potongan pola pembentuk kombinasi percanya sederhana, hanya kotak-kotak saja. Saya jadi teringat gumpalan tumpukan kain sisa jahitan yang macam-macam motif dan warnanya. Wah, bisa nih bikin beginian pake kain sisaan, kenapa nggak dicoba aja? Akhirnya saya keluarkan semua harta karun, plus tambahan gombal πŸ˜„ minta ke tetangga yang punya usaha tas handmade. Biasaaa, mak-mak aji mumpung hobinya ngangkut gratisan πŸ˜„ maaci yaa tetanggaku yang baik hati dan tidak sombong 😚

Dengan bekal gombalan sumbangan dan sisaan yang ada di rumah, saya mulai bikin sketsa taplak perca. Saya hanya membuat desain saja, untuk menjahit saya pasrahkan ke tetangga yang penjahit. Kalau ngerjain sendiri jahitannya, walah kapan waktunya. Gak bakal sempet, ntar malah taplaknya nggak jadi-jadi. So, biarlah ahlinya saja yang mengerjakan πŸ˜„πŸ˜„ saya nyumbang gambar desain saja πŸ˜„


Daan.. beberapa minggu kemudian, potongan kain perca ini sudah pulang kembali dalam bentuk taplak yang cantik. Proses menjahitnya tertunda cukup lama karena ternyata kain sisaan yang ada kurang, jadi harus beli kekurangannya lagi ke toko kain. Walaupun begitu, upaya dan waktu yang dihabiskan sepadan dengan hasilnya. Saya suka saya suka saya suka.



Cantik kaaan.. pas digelar di meja makan juga hasilnya cantik πŸ’– Saya jadi punya segudang ide untuk membuat jahitan perca lainnya. Tapi karena kain gombalan sudah habis, jadi harus belanja kain lagi hahaha... (alesan aja ini mah).


Selain taplak perca, saya juga berhasil menyingsingkan lengan baju buat bersih-bersih kebun. Eh, cuman sepetak doang apa cocok ya disebut kebun? Tapi lumayan lah, bisa bersih-bersih rumput jadi dan sulur-sulur daun, jadi lebih terang.



Saya juga berhasil menyemai brokoli di hidroponik. Agak sulit menyemai biji brokoli. Dari semua yang disemai, paling hanya 40% yang berkecambah dan tumbuh daun. Sisanya nggak berhasil disemai. Yang berhasil muncul kelopak daunnya kemudian saya pindahkan ke hidroponik. Walaupun sesungguhnya nggak yakin juga itu akar brokoli dewasa bakal muat apa enggak di pipa hidroponik. Entahlah, namanya juga uji coba, kita lihat saja 😰 Tapi sejauh ini sih tampak sehat.


Belimbing wuluh juga masih rajin berbuah. Ini pohon kami yang jadi favorit tetangga, sering banget tetangga datang dan minta buahnya, terutama buibu yang senang masak dengan buah ini. Asem-asem seger rasanya, cocok untuk sayur garang asem.


Karena terinspirasi banget sama Oma Rhonda dan simple living blog post seriesnya, apalagi April ini adalah bulan berkebun, saya jadi semangat nih mau nyoba bertanam sayuran di media tanah. Selama ini hanya berkebun tanaman hias di media tanah dan sayuran di media hidroponik, belum pernah coba berkebun sayuran di media tanah. Cocok dicoba nih, apalagi kapasitas hidroponik saya terbatas karena ukurannya tidak terlalu besar.

Beberapa waktu yang lalu saya pun menyempatkan diri mampir ke Toko Trubus di Cimanggis Depok. Ini mah surga buat tukang kebon buah sama sayur πŸ˜ƒ hampir semua yang dibutuhkan untuk berkebun buah dan sayur, sampai bukunya pun ada di sini. Mas-mas nya juga baik, saya banyak bertanya tentang cara berkebun dan bagaimana mengolah tanah untuk pot. Saya membeli bibit wortel dan terong ungu, fertilizer organik untuk pupuk, pot panjang dan pot pembibitan. Kalo ngga mengingatkan diri bahwa pulang dari situ naik KRL, pasti udah saya angkut juga media tanah yang ada di karung-karung πŸ˜ƒ Dah media tanah ntar beli deket rumah aja, beratttt bok!






Walaupun lelah karena gotong-gotong belanjaan dari Trubus di KRL (pas jam sibuk pula), tapi puas alhamdulillah, ada ilmu yang diperoleh dan ada belanjaan yang ditenteng πŸ˜ƒ. Tinggal praktek nanti kalo pas wiken (semoga sempet hehehe).