-->

Pages

Monday, December 18, 2017

Resep Cake Zucchini dan Sayuran Sehat

Halo semua! Sudah setengah bulan Desember bergulir ya. Sebentar lagi tahun baruan dah kita. Tahun ini ada yang baru di rumah kami. Yang dirawat dan disayang-sayang supaya tumbuh dengan baik dan sehat. Selamat datang momongan baru : Hidroponik!



Tempo hari, saya dan Mr. Coffeeholic sepakat untuk mencoba jadi petani kota. Petani-petanian sih, secara lahan cuma sepetak doang adanya. Awalnya karena di kantor ada tanaman hidroponik, persis tempatnya di samping jendela ruangan saya. Keliatan ijo royo-royo, kinyis-kinyis seger banget. Kan rasanya jadi pingin punya di rumah. Tambah lagi Mr. Coffeeholic pola makannya cenderung plant-based diet, nggak kaya saya yang seputaran fat and sweets :D Kalau ada sayuran siap petik di halaman kan enak tuh, mau makan tinggal petik-petik. Fresh.



Akhirnya saya memesan satu set perangkat hidroponik yang bentuknya kaya jemuran ini ke teman (Akun Instagram: @drsukmana) yang sudah duluan mempraktekkan hidroponik. Silakan silakan yang mau pesan bisa menghubungi beliau haha.. endorse nih endorse. Konon kata teman (karena dia yang rajin browsing masalah hidroponik, saya mah terima mateng aja haha) namanya DFT atau Deep Flow Technique, gambaran apa itu DFT, bisa dilihat di link ini. Bahannya dari pipa pralon dengan diameter besar, di atas rangka baja ringan. Untuk mengalirkan nutrisi ke seluruh pipa, digunakan pompa air akuarium. Kami mulai dengan menanam kangkung, bayam merah, dan pokcoy. Mulai dengan menyemaikan dulu, baru setelah bibit berkecambah dan muncul daun, dipindahkan ke pipa hidroponik.



Sepintas nampaknya gampang ya, semai, lalu pindahkan ke pipa. Ternyata prakteknya tricky lho. Karena tidak melibatkan tanah sebagai media, tanaman hidroponik bergantung sepenuhnya pada nutrisi dalam air yang mengisi pipa.



Cara untuk memberikan nutrisi pada air adalah dengan menuangkan cairan nutrisi dengan komposisi yang tepat dan seimbang, sesuai kebutuhan tanaman (yang bisa jadi beda jenis beda kebutuhannya). Belum lagi kalau hujan. Tinggal di Bogor, namanya aja kota hujan, jelas banyaaaak hujannya. Air hujan yang mengguyur pipa hidroponik dan bercampur dengan air dalam pipa, mengubah kadar nutrisi hidroponik. Saya sempat kesulitan menstabilkan tingkat nutrisi ini, sampai akhirnya kami membeli TDS meter, untuk mengecek kadar PPM. PPM (part per million) adalah satuan untuk mengukur kepekatan larutan nutrisi dalam air. Lebih jelas tentang PPM dapat dibaca pada link ini.



Setelah masa-masa ruwet dengan kadar nutrisi larutan dapat kami lewati, problem berikutnya adalah sinar matahari. Musim hujan, langit mendung, susahnya mencari sinar matahari. Saya harus memindahkan posisi hidroponik untuk dapat memperoleh sinar matahari. Nutrisi sudah, sinar matahari sudah. Tapi kok tumbuhnya nggak seger-seger dan gendut-gendut kaya saya ya?



Ternyata masalah berikutnya adalah oksigen. Hidroponik memerlukan oksigen terlarut dalam air. Cara untuk menghasilkan oksigen terlarut dalam air adalah dengan memasang pompa secara terus-menerus. Selama ini saya hanya menyalakan pompa di pagi dan malam hari. Agar maksimal, pompa dinyalakan sepanjang hari menggunakan timer. Jadi tidak terlalu lama berhenti. Timer dapat mematikan dan menyalakan pompa secara otomatis setiap 10 menit.



Tentang tanda-tanda kekurangan nutrisi pada hidroponik, lebih lanjut dapat dibaca pada link iniiniini dan ini. Komunitas online sungguh mengagumkan ya, nyaris segala informasi yang kita perlukan dapat dicari di internet. Saya berterima kasih pada orang-orang yang dengan sukarela menulis dan membagikan ilmunya di dunia maya ini, sangat bermanfaat bagi pemula seperti saya.



Setelah penggunaan pompa dan pengecekan nutrisi, hasilnya mulai nampak pada tanaman hidroponik. Tanaman kami tergolong lambat tumbuh kembang dibandingkan dengan sesama rekan yang menyemai bibit hidroponik dalam waktu yang sama. Tapi sekarang sudah mulai tumbuh dengan subur dan segar, padahal sebelumnya sempat menunjukkan tanda-tanda kekurangan unsur hara.



Senang ya melihat tanaman yang kita rawat tumbuh dengan baik dan sehat :D Saya jadi nggak sabar untuk panen. Yippie..!



Setelah merawat hidroponik dengan penuh kasih sayang, akhirnya tiba juga waktuuuu... *drumroll* PANEEEEENNNN...! YUUHUUU! *joget-joget* :D See? See? Seger-seger kan? Bedanya dengan sayuran yang dijual di tukang sayur, sayur yang ditanam dan dipanen sendiri itu rasanya krenyes-krenyes, renyah. Mungkin karena bener-bener fresh ya. Baru dipetik langsung diolah. Wah, saya jadi semangaaat nih mau nanem brokoli dan kembang kol. Dua jenis sayuran yang favorit banget di rumah. Ok, langsung cusssss tokopedia beli bibit!



Masih berhubungan dengan pola makan sehat nih, ada rikuwes khusus dari Mr. Coffeeholic yang lebih dulu memulai disiplin menerapkan pola makan sehat dibanding saya yang entah kapan pasti akan segera menyusul :D. He said that he wants a healthy cake. Aah... cake. Saya suka cake. Rasanya sudah pernah ya saya tulis ya bahwa cake adalah salah satu hal favorit saya. I loove cake. Especially butter cake. Saya suka rasanya yang padat, mengenyangkan (poin penting ini haha), punya rasa "manis" yang cukup tidak berlebihan. Dan yang paling penting, bikinnya gampil. Termasuk easy peasy. Gak ribet dan bahannya hampir selalu tersedia di rumah. Saya jadi bisa manggang sewaktu-waktu, kalau lagi pingin cemilan. Rasanya makan roti homebaked itu ya, puaaass.. berasa sukses jadi istri dan ibu (lebay sih, tapi beneran inii). Bikin bahagia ☺️




Selama ini setiap saya memanggang cake, beliau nyicipinnya selalu jimpat-jimpit. Pokoknya ngambil secuil seuprit doang gitu. Nggak pernah mau makan banyak walaupun mengakui rasanya enak. Katanya, "high calories, high sugar". Makanya beliau selalu minta dipanggangin cake yang nggak pake gula, nggak pake tepung putih, dan nggak pake mentega. Lah, itu semua bahan andalan resep cake andalan saya.

Demi memenuhi permintaan tersebut, jadilah saya browsing-browsing healthy baking recipe. Dan mendarat di blog cookieandkate ini. Healthy zucchini bread! Tanpa mentega, tanpa gula pasir, dan mensubstitusi penggunaan tepung putih dengan tepung gandum. Wah, pas banget nih sesuai dengan spesifikasi permintaan 😁 dan review recook nya bagus! Saya pun langsung cuss pesen Go-send untuk mengirim tepung gandum dari toko bahan kue ke rumah (mana sempet mampir beli, ngantor bok!). Pulangnya saya tinggal mampir supermarket dekat rumah untuk beli zucchini, dan cusss langsung pulang untuk baking. Semangat!



Resep ini easy peasy (suer! Gampil!). Kate dengan cerdas mensubstitusi gula pasir dengan madu, mentega dengan olive oil, dan tepung terigu dengan tepung gandum. Kate menggunakan ukuran cup, bukan gram. Jadi daripada saya repot2 mengkonversi ukurannya, saya aduk-aduk lemari piring untuk mencari set pengukur cup dan spoon yang dulu pernah dibeli.



Saya memanggang kuenya dengan suhu rendah. Yah, maklum pakai oven tangkring tanpa pengatur suhu yang valid. Pakai azas kira-kira aja haha.. Alhamdulillah kuenya matang sempurna. Dan tebak gimana rasanya? WUENAK! Mr. Coffeeholic cocok banget dan makan banyaaak tanpa ragu :D. Worth the effort. Resep ini langsung masuk jajaran resep anti gagal andalan keluarga. I will definitely bake more of healthy zucchini bread!

(Pssst... lihat nggak alas selimut rajutnya? Cantik ya, cantik yaa.. :D Saya menulis tentang selimut rajut di postingan ini lho).




♥♥ HEALTHY ZUCCHINI BREAD ♥♥ 

Resep diadaptasi dari cookieandkate

Bahan :
¾ cup kacang mede panggang, cincang kasar
⅓ cup extra-virgin olive oil
½ cup madu
2 telur
½ cup susu UHT plain
1 teaspoon baking soda
2 teaspoons ekstrak vanilla
½ teaspoon garam
¼ teaspoon pala bubuk
1 ½ cup zucchini parut (Saya menggunakan satu zucchini agak besar. Setelah diparut, diperas airnya dan ditiriskan)
1 ¾ cup tepung gandum halus

Cara Membuat :

  • Panaskan oven, karena saya pakai oven tangkring jadi suhunya azas kira-kira :D. Api medium agak kecil lah. Lapisi loyang loaf 9” x 5” dengan margarin agar cake tidak lengket, sisihkan.
  • Dalam mangkok besar, campurkan extra virgin olive oil dan madu. Kocok lepas dengan whisk sampai tercampur rata. 
  • Masukkan telur, kocok sampai telur tercampur rata dengan adonan olive oil dan madu.
  • Masukkan susu, baking soda, vanilla, garam, dan pala bubuk, kocok dengan whisk sampai tercampur.
  • Ganti whisk dengan sendok besar, masukkan zucchini dan aduk. Masukkan tepung gandum, aduk kembali. Terakhir masukkan kacang mede cincang, aduk rata.
  • Tuangkan adonan ke loyang.
  • Panggang selama 55-60 menit, sampai tes tusuk gigi keluar dari cake dalam kondisi bersih. 
  • Biarkan cake mendingin dalam loyang selama 10 menit, baru keluarkan dari loyang dan dinginkan sempurna.
Kate juga menunjukkan cara mensubstitusi resep menjadi resep vegan, dairy-free, egg-free bahkan gluten-free, silakan kunjungi halaman blognya!


1 comment:

  1. Sangat informatif dan memabntu, coba dilihay juga nih ya yang butuh informasi mengenai Cara Budidaya Sayur Organik

    ReplyDelete